MANCING YUK (CILINCING)
Dari Dermaga kecil di Cilincing, kita menggunakan kapal milik Bapak Yusuf untuk mengantar kami ke kapal tongkang di tengah laut untuk mancing ikan ketang-ketang. Biaya yang dikenakan per orang sebesar Rp. 15.000. Kail yang dipergunakan sebaiknya kail kecil, karena jenis ikan ini memiliki mulut kecil seperti ikan baronang. Umpan yang dipergunakan bisa memakai udang api2 yang sudah mati, dikupas lalu dipakai (ini dapat kita beli tidak jauh dari Tanjung Priok atau langsung saja beli di Pasar Cilincing. Untuk chumming/bom kami gunakan nasi putih (Jangan lupa mampir beli makan siang dan minum sebelum kita melaut dan beli nasi agak banyak)
Setelah puas sarapan dan ngopi di warung pak Yusuf, kami mulai berangkat melaut. Tempat yang kami tuju adalah kapal tongkang yaitu kapal pengangkut pasir kaca (kebetulan ada 3 buah kapal) yang bersandar tidak jauh dari pantai, kira2 25menit jarak yang ditempuh dengan kapal motor dari pantai. Bang Toni (Setan Empang) inipun memberanikan diri untuk mencoba peruntungannya di laut meski dilarang sama gurunya.
Peserta lain yang tidak mau ketinggalan adalah Cang Udin. Pedagang alat2 pancing (empang ataupun laut) ini sudah banyak makan air garam kehidupan mancing laut, jadi banyak cerita yang disampaikan saat perjalanan, ada cerita lucu sedih dan ada yang berbau horor pengalamannya mancing laut.
Bang Edi panggilannya, PM (Polisi Militer) yang bertugas di Guntur ini juga sering gabung dengan kami untuk mancing laut atau mancing di alam bebas. (Klik di sini untuk info mancing di alam bebas). Sayangnya kini beliau telah Almarhum karena sakit yang cukup lama dan dimakamkan di kampung tempat kelahirannya di Sumatera. Ada rasa perih karena kehilangannya mengingat sangat banyak kenangan yang telah kami ciptakan bersama. Semoga kini bang Edi telah tenang dan damai di sisi Sang Pencipta sesuai dengan amal ibadahnya.. Amin.
Begitu kapal kami mendarat, masing2 kami cari PW (Posisi Wuenak). Saya sendiri cari posisi yang terhalang dinding bak pasir agar bisa berteduh dan bersandar sambil tiduran. Tapi belum berapa lama duduk nyenyak, umpan mulai ditarik ikan, langsung digentak dan ternyata sesuai perkiraan. Ikan ketang-ketang seukuran 5 jari naik keangakat, selanjutnya berkali-kali ketang2 kami gentak. Om Toni dapat yang cukup besar ukuran 8 jari atau 1 kiloan (Ah... kebetulan doang..)
Lebih dari 4 jam kami gak berhenti nggentak ikan, meski kadang dapat ikan, kadang dapat pegel ama penasaran doang. Rupanya nasi yang kami tabur untuk chumming (bom) bekerja dengan baik. Oh iya, nasi yang kami pakai kebetulan nasi padang karena saat pagi tadi mampir dulu di warung padang untuk bekal makan siang. Tapi tiba2 gentakan berhenti bersamaan. Tidak ada satupun dari kami yang nggentak lagi. Why...??
Sementara hari sudah menjelang sore bahkan nyaris gelap. Ikan gak mau makan umpan yang setelah permukaan laut kami perhatikan ternyata di laut bergerombol ubur2 mulai dari bayi, anak, remaja, orangtua sampai kakeknya ada semua. Pantesann.... Ingat film Finding Nemo? Mana ada ikan berani ama ubur2? Jadi pulang aja ah.... BTW kemana tukang perahu nih... udah jam 17.20 masih belum nongol juga. Kalo sampai nginap bisa tar malam makan ikan mentah. Untung datang tuh tukang perahu yang langsung minta maaf karena ketiduran di rumah janda.
Sepanjang perjalanan pulang, kami banyak menyaksikan bagan cero yaitu bagan untuk menjala ikan2 kecil yang sering dapat ikan umpan seperti selar atau kembung. Biasanya saat mancing di tengah laut dengan kapal, kami mampir ke bagan ini untuk membeli ikan tersebut. Jadi ikannya masih hidup dan harganya murah. So.. kalo lagi kebelet mancing laut tapi dana atau waktunya mepet, mending ke Cilincing aja... masih banyak ikan2 yang meski tidak besar tapi dapat mengobati akan kerinduan mancing para Pancinger. Siyu tumoro...
MANCING YUK.. LAINNYA:
- Pantai Popoh, Tulung Agung
- Pangandaran
- Tanjung Pasir 1
- Tanjung Pasir 2
- Karangantu, Pulau Tunda 1
- Karangantu, Pulau Tunda 2
- Cilincing
INFO PENTING:
Lanjutan..!